RESENSI NOVEL SANG MUSAFIR
KARYA: SADIK YALSIZUÇANLAR
Oleh:
Annisa
Batara
10
YAYASAN PERMATA SARI
SMA ISLAM CIKAL HARAPAN 2
SMA ISLAM CIKAL HARAPAN 2
Citra Indah
City. Jl. Raya Cileungsi Jonggol KM 23,2 Bogor 16830 Telp/Fax. (021) 29096309
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
Resensi Novel Sang Musafir
Disahkan
dan Disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Menyetujui:
Pembimbing Akademik Pembimbing Resensi
Atik
Ilmana, S.Pd Atik Ilmana, S.Pd
NIK: E14H6-030
NIK: E14H6-030
Mengetahui:
Kepala
SMA Islam Cikal Harapan 2
Slamet Utomo,
M.Pd
NIK: E06T74+-256
RESENSI NOVEL SANG MUSAFIR
A. Identitas Buku
Judul Buku : Sang Musafir
Penulis : Sadik Yalsizuçanlar
Penerbit : Noura Books
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku : 25 x 14 cm
Isi Halaman: : 316 halaman
Cetakan : Februari 2015
B. Sinopsis
Kabar itu sungguh menggelisahkan Sang Filsuf—Ibn Rusyd. Mimpi mistikal yang dialami pemuda 19 tahun itu jadi buah bibir di Seville, meluas hingga ke Fez di Maroko. Lalu, harapan Sang Filsuf merekah saat pemuda yang lebih senang menjadi musafir itu mengunjunginya. Namun malang bagi Sang Filsuf, usai Pertemuan Agung tersebut, ia justru menanggung derita kesedihan galaba tak terperi. Sang Musafir membenamkan pencapaian falsafahnya hanya dengan tiga kata, “Ya,” “Ya,” dan “Tidak.”
Jadi, itu sajakah?
Bagi penjelajah mistik Islam, novel ini menyuguhkan secara gamblang visi Ibn ‘Arabi—Sang Musafir yang lebih dikenal sebagai Syaikh Al-Akbar—tentang perjalanan spiritualnya mencapai kematangan ruhani menjadi Al-Insan Al-Kamil (Manusia Sempurna). Seolah kita mengikuti perjalanan Sang Syaikh ke Maroko, Tunisia, Mesir, Damaskus, Baghdad, Makkah, Madinah, Malatya, dan Konya; “mengunjungi” para sufi besar Islam sekelas Mansyur Al-Hallaj, Rabiah Al-Adawiyyah, Hasan Al-Bashri, Bayazid Al-Bastami, Uways Al-Qarni, Bahauddin Walad, dan Rumi.
Karya ini juga mengajak kita merasakan dari jarak dekat bagaimana Ibn ‘Arabi menjalani hidupnya selama beberapa tahun, demi melayani Fatimah binti Ibnu Al-Muthanna, sufi perempuan paling terkenal di Andalusia.
C. Keunggulan
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari, sampul buku, segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna seolah kita mengikuti perjalanan Sang Syaikh ke Maroko, Tunisia, Mesir, Damaskus, Baghdad, Makkah, Madinah, Malatya, dan Konya. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background adegan demi adegan sehingga kita dapat merasakan dari jarak dekat bagaimana Ibn ‘Arabi menjalani hidupnya selama beberapa tahun, demi melayani Fatimah binti Ibnu Al-Muthanna, sufi perempuan paling terkenal di Andalusia.
D. Kekurangan
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menjelaskan secara runtut adegan demi adegan. Novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu. Hanya saja bahasa yang digunakan agak berat. Selain itu ada beberapa kalimat-kalimat terjemahan yang dianggap miss sehingga sulit untuk dipahami.
E. Penutup
Buku ini layak dibaca, terutama untuk kalangan orang beragama islam. Buku ini mengalir dengan berbagai filosofi. Selain itu banyak nilai positif yang dapat kita ambil dari buku tersebut. Misalnya mengajarkan kita perjalanan spiritualnya mencapai kematangan ruhani menjadi Al-Insan Al-Kamil (Manusia Sempurna).
Penulis Resensi
Annisa
Batara